
Banyak ni’mat yg harus kita syukuri yang Allah berikan kepada kita:
ni’mat sbg hamba-Nya, ni’mat sebagai manusia, bukan hanya dalam konteks
kita sebagai pribadi (individu) namun juga dlm konteks kita sebagai
bagian dari ummat. Keberadaan seorang muslim sebagai makhluq ciptaan
Allah mengemban tanggungjawab sosial, dimana dalam hal ini seorang
muslim selain secara khusus sebagai bagian dari ‘umat Islam’ juga secara
umum sebagai bagian dari manusia. Konteks secara umum ini penting untuk
kita sadari karena ni’mat yg Allah limpahkan kepada kita nantinya akan
dimintakan pertanggungjawabannya di yaumil hisab (hari pembalasan), baik
dalam konteks pertanggungjawaban pribadi maupun pertanggungjawaban
sosial.
Oleh karena itu tujuan dari taujih kali ini adalah
dalam rangka upaya penyegaran, peningkatan, pengokohan, dan pemeliharaan
iman untuk mensyukuri ni’mat Allah sebaik-baiknya.
Pada saat
penciptaan manusia - yang mana kemudian Allah memberikan manusia itu
beragam ni’mat, termasuk dlm hal ini adalah ni’mat hidayah - lalu Allah
menjelaskan bahwa pada akhirnya hanya ada 2 golongan manusia, dimana
setiap dari kita hanya akan masuk di dalam salah satu golongan tersebut.
Tidak ada golongan ke-3, dan juga tidak ada golongan yg duduk di antara
keduanya.
Dua golongan itu adalah:
1.Orang2 yg ‘syakiran’ (org2 yg mampu bersyukur)
2. Orang2 yg ‘kafuran’ (org2 yg kufur, terutama atas ni’mat Allah)
Setiap perbuatan (amal) yang kita lakukan, akan menggiring kita masuk
kepada salah satu dari dua golongan (kondisi) ini. Di yaumil hisab
nanti, orang-orang yg syakiran akan disempurnakan ni’matnya dgn mendapat
balasan ‘jannatul na’im’ (surga yg penuh ni’mat). Sementara itu orang
yg kafuran mendapat balasan ‘naaru jahannam’ (neraka jahannam) – QS 14:
28-29.
Allah Swt menjelaskan di dalam salah satu ayat Al Qur’an
bhw sesudah manusia itu diciptakan, maka Allah akan menyempurnakan
ni’mat kepada manusia itu berupa penciptaan yg selengkap-lengkapnya. Hal
ini menunjukkan begitu besarnya ni’mat Allah. Dan Allah telah
mengatakan bahwa jika manusia berusaha utk menghitung ni’mat Allah tsb,
maka niscaya manusia tidak akan sanggup menghitungnya (QS 14:34). Salah
satu contoh kecil dari ni’mat Allah ini adalah ni’mat kesehatan.
Bagaimana menderitanya seorang manusia jika dia tidak bisa ‘buang
angin’. Berapa yang harus kita bayar selama hidup kita, jika ternyata
kita harus membayar ni’mat semacam itu. ‘Buang angin’ adalah salah satu
ni’mat dari Allah yg kebanyakan manusia tidak suka ketika kita
menggunakannya, namun ternyata sangat penting dalam hidup kita.
Bagi orang-orang yg beriman, dan orang-orang yang meyakini keluasan
rizqi Allah, maka mereka tidak akan pernah sedetikpun mengeluh akan
kekurangan ni’mat Allah, karena mereka meyakini bahwa ni’mat Allah
sangat besar, luas dan banyak. Sikap kita sebagai muslim dalam konteks
pribadi adalah bagaimana ni’mat yg tlh Allah berikan kpd kita, bisa kita
terima, kelola dan dayagunakan sebaik-baiknya untuk kebaikan dan
ketinggian derajat kita di sisi Allah dan juga di sisi manusia. Allah
mempersilakan kepada manusia untuk mengambil apa saja ni’mat dari Allah
itu sebanyak-banyaknya. Adapun ni’mat Allah yang dikaruniakan kepada
manusia terbagi atas 3, yaitu:
1. Ni’matil Wujud (ni’mat
existensi/hidup). QS Al Insan (1-4) menceritakan fase-fase kehidupan
manusia, dari ada menjadi tidak ada. Manusia tidak pernah meminta ni’mat
ini, tapi Allah memberikannya kepada kita ‘free of charge’ (secara
cuma-cuma). Dan ternyata manusia sangat mencintai ‘ni’matil wujud’ ini.
Adakah di antara kita yg menyesal bahwa Allah telah menciptakn kita di
muka bumi ini? Adakah di antara kita yg pernah berfikir bahwa lebih baik
saya tidak ada di muka bumi ini? Bukan hanya orang2 yg beriman yang
mencintai ni’matil wujud ini, tapi juga org2 yang tdk beriman mencintai
ni’matil wujud ini, bahkan ada yg ingin hidup 1000 tahun lagi. Orang yg
sengaja bunuh diri adalah orang yg sesungguhnya cinta dunia, karena
mereka tidak tahan (putus asa dan frustasi) menghadapi tekanan berat
kehidupan dunia.
2. Ni’matul Insan (ni’mat sebagai manusia).
Merupakan ni’mat yg setingkat lebih tinggi dari ni’matil wujud. Allah
menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya (QS At Tiin:4).
Bahkan monyet yang paling baguspun masih kalah tampan dan ganteng
dibandingkan manusia yg berperawakan buruk sekalipun. Manusia merupakan
mahluq yg terbaik dan sempurna dibandingkan ciptaan Allah yg lain
(termasuk Malaikat dan jin). Manusia dipilih oleh Allah sebagai khalifah
di muka bumi – QS 2:30 (sejak penciptaan Adam). Dan ini memicu
kecemburuan mahluq Allah yg lain yg bernama bangsa jin (yg diwakili oleh
iblis) yang merasa lebih tinggi statusnya dari manusia karena
diciptakan dari api sdgkan manusia hanya dari tanah (QS 7: 12, dan 15 :
31-33). Dan sudah menjadi komitmen jin utk senantiasa memusuhi dan
menjerumukan anak Adam (manusia) ke dalam jurang kesesatan (QS 7:16-17,
dan 15: 39). Dengan kecenderungan, watak dan syahwatnya manusia digoda
setan untuk menjauh dari ajaran Allah dan lupa akan ni’mat Allah. Dan
banyak dari manusia yg justru menghancurkan potensi kemanusiaan (fitrah
insaniyah) yg ada dalam dirinya, dan mensublimasinya menjadi lebih
rendah (derajatnya) dibandingkan makhluq Allah yg lain. Banyak muslim yg
melepaskan pakaian insaniyahnya, seperti kisah Nabi Adam dan Hawa yg
ditanggalkan pakaian (ketaqwaan)nya oleh setan (QS 7: 26-27). Ada org yg
makan, mencari nafkah dan melampiaskan kebutuhan biologisnya sudah
seperti binatang. Dan oleh Allah dikatakan mereka telah sesat dan
menyesatkan dirinya sehingga mereka dikatakan oleh Allah sudah seperti
hewan atau binatang ternak bahkan lebih sesat dari hewan-hewan itu (QS
7: 179). Banyak sebagian dari manusia yg tidak bisa mempertahankan
statusnya dibandingkan makhluq Allah yang lain. Seekor burung tidak
pernah resah atau takut akan kekurangan rizqi Allah, dan mereka
senantiasa berupaya setiap hari untuk bisa survive. Jadi sangat tidak
patut jika ada manusia yg sesungguhnya lebih tinggi derajatnya dari
binatang, merasa resah dan takut akan kemiskinan, bahkan sampai membunuh
anak-anak mereka.
3. Ni’matul Islam (ni’mat diturunkannya
Islam). Allah menyempurnakan ni’mat-ni’mat yang lain dengan
mengaruniakan ni’matul Islam. Ni’mat ke-Islaman dikokohkan oleh Allah
melalui ajaran (agama) yg dibawa oleh para anbiya-’ulmursalin, bukan yg
dibawa oleh manusia biasa atau oleh iblis. Dan Allah telah menjamin
bahwa agama (dien) yang diterima di sisi Allah adalah Islam (3:19).
Adapun status manusia sejak dilahirkan telah membawa fitrah ke-Islaman
(QS 30:30). Orangtua dan lingkunganlah yg berperan mengubah fitrah Islam
pada diri seorang anak – apakah tetap menjadi Islam ataukah berpaling
ke agama lain yg tdk diterima Allah.
Apakah kita sudah
mensyukuri ni’mat dari Allah tersebut? Wujud dari rasa syukur kita atas
ni’mat Allah di refleksikan dari gerak pola pikir, tingkah laku, cara
bekerja kita senantiasa diorientasikan utk mendapat rahmat Allah (hidup
secara Islami). Kita dituntut utk menyempurnakan syakhsiyah Islamiyah
kita.
Adapun terkait dengan misi seorang muslim atas ni’mat
Allah ini dan juga sebagai tanggungjawab sosialnya (2:177), maka
tidaklah patut seorang muslim mempunyai misi hanya utk mewujudkan
kepentingan pribadi. Tapi sebaliknya kita dituntut utk mengemban misi yg
lbh luas yaitu utk memberikan kebaikan kepada seluruh umat manusia yang
lain, menyebarkan kebaikan bagi semesta alam. Hal ini berdasarkan acuan
bahwa Rasul sendiri ditugaskan untuk menyebarkan Tauhidullah dan rahmat
bagi semesta alam (21:107), dan kita sebagai org yg mengaku beriman
kepada Allah dan meneruskan risalah Islam, mempunyai tanggungjawab
memelihara risalah itu dgn turut menyebarkan kebaikan. ‘Sebaik-baik
manusia adalah yang bisa mendatangkan kebaikan bagi orang yang lain’
(Hadits) Seorang muslim adalah produsen dan distributor kebaikan. Jangan
hanya menjadi konsumen kebaikan, apalagi menjadi produsen dan
distributor keburukan. Dalam Al Qur’an dijelaskan bahwa Allah
memerintahkan Nabi untuk menyerukan manusia agar menjadi orang rabbani
yaitu orang yang mengajarkan Al Kitab dan mempelajarinya (QS 3:79).
Bila kita senantiasa mewujudkan peran kita sebagai produsen dan
distributor kebaikan, dan kebaikan kita menyebar kepada seluruh umat,
umatpun dibangkitkan utk senantiasa berbuat kebaikan. Utk menjadi
produsen dan distributor kebaikan ini kita hrs kembali kepada Islam,
dimana segala tindak tanduk dan dasar perbuatan kita senantiasa
berlandaskan dan sesuai syariat yang telah diturunkan Allah kepada Nabi
Muhammad Saw. Bila umat ini telah bangkit kembali dan bersama-sama
melaksanakan risalah-Nya, maka janji Allah bahwa kita adalah umat
terbaik (Khaira Ummah) – QS 3 : 110, Insya Allah akan terwujud.
0 Response to "Syukur Terhadap Nikmat"
Posting Komentar