“Agama ini seluruhnya adalah akhlaq, Maka
barangsiapa akhlaqnya mengungguli kamu, berarti agamanya mengungguli kamu”
(Ibnu Qayyim).
Tema
pendidikan karakter menjadi tema sentral dalam kurikulum pendidikan dewasa ini,
hal ini menunjukkan bahwa pendidikan karakter sudah menjadi suatu kebutuhan
yang tidak dipisahkan dalam sistem pendidikan nasional yang sudah berlangsung sekarang
ini.
Disadari
atau tidak sistem pendidikan yang dijalankan
selama ini, walaupun secara konsep sudah mengakomodasi 3 aspek kognitif,
afektif dan psikomotor, namun dalam tataran aplikasi belumlah maksimal.
Pendidikan di sekolah masih dominan dalam aspek kognitif (intelektualitas)
dibandingkan aspek-aspek lain yang justru tidak kalah urgensinya.
Pendidikan
karakter sejatinya akan merubah individu menjadi lebih baik, dan kebaikan
individu menjalar dalam kehidupan masyarakat, maka masyarakat menjadi erat dan
dekat. Yang kaya diantara mereka menjadi dermawan, yang miskin menjaga kehormatan
dan harga diri, yang berkuasa menjadi adil, yang ulama menjadi taqwa, yang kuat
menjadi penyayang, yang pintar menjadi rendah hati.
Ibadah
mereka menjadi sumber keshalehan dan kedamaian, ilmu pengetahuan menjadi sumber
kekuatan dan kemudahan, kesenian menjadi sumber inspirasi dan semangat
kehidupan.
Pembentukan
pribadi yang berkarakter, sebenarnya sejalan dengan salah satu tujuan dari
agama Islam, sebagaimana kita ketahui bahwa salah satu misi Rasulullah Saw di
utus ke muka bumi adalah untuk memperbaiki Akhlaq, dimana kemulian Akhlaq
Rasulullah tidak hanya di akui oleh umat Islam semata, tetapi juga pemimpin dan umat non islam
lainnya. Oleh karena itu untuk sekolah yang mayoritas siswanya beragama Islam,
maka pembentukan pribadi berkarakter dapat dilakukan dengan pendekatan
pendidikan islam.
Pada
tulisan ini saya tidak akan mengulas apa itu pendidikan karakter secara lebih
mendalam, karena memang tulisan-tulisan terkait apa itu pendidikan karakter
sudah banyak disosialisasikan diberbagai media dan seminar. Tulisan ini
menyoroti kenapa pendidikan karakter itu begitu penting yang dipandang dari
sisi islam? Apa urgensi dari pendidikan karakter itu sendiri?
Pertama,
islam adalah agama fitrah semua manusia. Pada dasarnya semua manusia yang
dilahirkan keatas permukaan bumi ini adalah fitrah islam. Hal ini seperti pengakuan
setiap janin yang hadir dalam setiap rahim seorang ibu sebelum dilahirkan
seperti yang termaktub dalam Al-Qur’an Surat Al-A’raf ayat 172 : “ Apakah kalian mengakui Aku sebagai Rabbmu? Janin
itu menjawab : Ya kami bersaksi atas itu (Allah sebagai Tuhan kami)”.
Islam
adalah agama yang lurus (hanif), begitu juga dengan jiwa dan fitrah manusia (peserta
didik) pada dasarnya adalah hanif, bersih, suka kepada kebenaran, dan tidak
menyukai kejahatan. Pendidikan karakter hakekatnya adalah upaya untuk terus
menjaga dan menjadi pengatur dalam mengatur jiwa manusia (peserta didik) agar
tetap berada dalam fitrahnya yang hanif.
Pada
konteks sekolah semua siswa-siswi itu pada dasarnya adalah pribadi-pribadi yang
lurus (hanif) yang mudah dibentuk dan diarahkan, tergantung keseriusan dan kematangan
dalam pengelolaannya (kurikulum dan manajemen).
Kedua,
proses penjagaan iman itu harus dilakukan secara serius. Seringkali orang
merasa telah beriman ketika dia mampu mengucapkan dan menghafalkan rukun iman ;
iman kepada Allah swt, malaikat, nabi dan rasul, kitab, hari akhir, qadha dan
qadar. Akibatnya iman menjadi begitu kecil artinya dan hanya dikenal sebatas
defenisi.
Padahal
hakekat iman teramat luas dan memiliki konsekuensi-konsekuensi yang membutuhkan
totalitas komitmen pribadi, baik dari segi keyakinan, kepasrahan, cara pandang,
hingga sikap hidup disetiap gerak dan langkah.
Salah
satu bentuk upaya menjaga iman itu adalah dengan menciptakan lingkungan yang
kondusif bagi terjaganya iman. Disekolah misalnya adanya kantin jujur, upaya
menjaga iman siswa agar senantiasa menyadari bahwa setiap gerak-gerik mereka
selalu diawasi Allah swt walaupun tidak ada manusia yang melihat perbuatannya.
Kemudian
juga dengan menjaga pergaulan antara siswa laki-laki dan perempuan dalam
berbagai interaksinya di sekolah agar tidak timbul fitnah, yang menjerumus
kepada pergaulan bebas.
Membangun
budaya sholat berjama’ah di sekolah yang tentu saja memang jadwal pelajaran
harus disesuaikan
dengan jam sholat yang ada. Sholat berjama’ah harus dilaksanakan tepat waktu di
masjid sekolah dan di ikuti oleh seluruh masyarakat sekolah mulai dari kepala
sekolah, guru-guru, karyawan, semua siswa-siswi. Hal ini akan lebih bagus jika
sekolah dalam bentuk boarding school
(asrama) sehingga bisa ditambah dengan program-program lain seperti adanya
pengajian rutin siswa dan guru.
Kalau
lingkungan seperti ini diciptakan dan dikondisikan secara sadar dan terencana
di sekolah maka proses penjagaan iman dalam upaya pembentukan karakter bagi
peserta didik akan sangat mudah.
Ketiga,
kebutuhan akan generasi rabbani sangat urgen hari ini.
Dalam
Al-Qur’an Surat An-Nisa ayat 9 Allah swt mengatakan bahwa “Hendaklah engkau takut meninggalkan generasi yang lemah “ lemah
disini bisa diartikan lemah secara fisik dan lebih utama lemah secara spiritual
(karakter).
Kita
bisa melihat dan mendapatkan statistik hari ini terkait generasi muda, remaja,
pelajar. Bahwa mereka identik dengan pergaulan bebas, narkoba, tawuran,
hedonis, meninggalkan sholat, dan lain sebagainya. Kenapa generasi yang ‘lemah’
ini menjadi generasi mayoritas yang kita lihat dan kita temukan hari ini?
Karena lemahnya upaya dalam pembentukan karakter mereka dalam proses
pendidikan.
Sistem
pendidikan lemah dalam penjagaan jiwa peserta didik yang hanif, lingkungan juga
tidak kondusif bagi bersemainya nilai-nilai hanif peserta didik, serta minim
dan kurangnya teladan dalam pendidikan karakter baik di sekolah maupun di
lingkungan masyarakat menjadi penyumbang terbesar bagi tingginya statistik
generasi muda yang ‘lemah’.
Oleh
karena itu keharusan untuk mewujudkan dan menciptakan peserta didik yang taat
beribadah, berakhlak mulia, jujur, santun, pintar dan berprestasi, menghormati
orang tua dan patuh kepada guru adalah sebuah kewajiban semua pihak. Tidak bisa
tugas ini diserahkan 100% hanya kepada sekolah atau pesantren saja, tetapi juga
besar peranan orang tua dan lingkungannya. Semuanya harus saling sinergi dan
mendukung agar bisa terwujud generasi yang berkarakter seperti yang diharapkan.
Poin
penting dari suatu pendidikan terutama pendidikan karakter adalah adanya
keteladanan. Dimulai dari keteladanan di tingkat keluarga, dari ayah, ibu,
saudara-saudara. Keteladanan dari lingkungan sekolah, guru, teman-teman dan
keteladanan di masyarakat. Keteladanan yang dimaksud adalah contoh nyata yang
bisa dilihat langsung oleh peserta didik dalam aplikasi nilai-nilai karakter
itu sendiri.
Terakhir
saya mengutip ucapan dari seorang ulama. Orang-orang yang bekerja atau mengajak
untuk membangun umat, mendidik bangsa, memperjuangkan dan mewujudkan misi dan
nilai-nilai dalam kehidupan, haruslah mempunyai
kekuatan jiwa yang dahsyat yang mengejawantahkan dalam beberapa hal;
tekad baja yang tersentuh kelemahan, kesetiaan abadi yang tak terjamah
pengkhianatan, pengorbanan yang terhalangi keserakahan dan pengetahuan yang
akan menghindarkan dari kesalahan.
Yulfitrin, M.Si
Penulis adalah : Guru SMA Negeri 1 Sumatera Barat di Padang Panjang
0 Response to "Urgensi Pendidikan Karakter"
Posting Komentar