Betapa mirisnya kita melihat situasi dan kondisi
bangsa hari ini. Setiap hari lewat media massa baik elektronik, online,
maupun cetak kita senantiasa disuguhkan oleh berita-berita yang sangat
memprihatinkan. Korupsi, ketidakadilan, narkoba, kejahatan seksual, dan
seterusnya. Sudah sedemikian parah kondisi moralitas bangsa ini dan ini
perlu perbaikan yang revolusioner untuk merubahnya. Setidaknya ada 3
langkah besar menuju perbaikan dalam kehidupan secara total.
Pertama, mengokohkan kembali nilai-nilai spritual dan ajaran agama
sebagai orientasi dan pedoman kehidupan semua warga masyarakat. Agama
mengajarkan prinsip dasar bahwa manusia dan kehidupan alam semesta ini
berasal dari Allah swt sang pencipta, dan diadakan untuk tujuan mengabdi
kepada-Nya.
Agama juga menunjukkan kepada manusia jalan-jalan untuk mengelola
kehidupan sesuai yang dikehendaki oleh sang pencipta dan pengatur
kehidupan alam semesta raya ini. Dengan begitu, agama menjadi sumber
moralitas dan perilaku yang benar dan baik bagi warga masyarakat,
termasuk semua pemimpinnya. inilah yang sungguh-sungguh mulai lenyap
dari jagat kehidupan penduduk negeri ini.
“…kemudian jika datang petunjuk-Ku kepadamu, maka barangsiapa yang
mengikuti petunjuk-Ku, niscaya tidak ada kekhawatiran atas mereka dan
tidak (pula) mereka bersedih hati. Adapun orang-orang kafir dan
mendustakan ayat-ayat Kami, mereka itu penghuni neraka, mereka kekal
didalamnya” (QS.Al-Baqoroh:38-39)
Kedua, Melakukan perubahan total dan radikal terhadap berbagai aspek
mendasar kehidupan. Kekuasaan memiliki amanah untuk melakukan kemakmuran
kehidupan bumi, sehingga semua penduduknya merasa aman dan sentosa
hidup didalamnya.
Pemakmuran kehidupan dibumi berpijak pada prinsip pendayagunaan semua
sumberdaya yang Allah berikan dan tundukkan bagi manusia, tanpa dirasuki
motif untuk melakukan perusakan didalamnya.
“Tidakkah kamu perhatikan sesungguhnya Allah swt telah menundukkan
untuk (kepentingan)mu apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi
dan menyempurnakan untukmu nikmat-Nya lahir dan bathin…“(QS.Luqman:30).
Prinsip pendayagunaan yang tidak merusak berjalan ketika manusia
menggunakan rasionalitas akalnya, yang menjadi kelebihan dan
keistimewaannya di hadapan makhluk-makhluk lain yang Allah ciptakan.
Pengabaian terhadap rasionalitas akal-pikiran hanya akan melahirkan
manusia-manusia rakus dan perusak yang bekerja hanya untuk hawa nafsu
durjananya.
“dan sesungguhnya telah kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut
mereka didaratan dan dilautan, Kami beri rezzeki mereka dari yang
baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas
kebanyakan makhluk yang Kami ciptakan” (QS.Al-Israa:70)
Pada saat yang bersamaan, rasionalitas akal-pikiran dalam mendayagunakan
semua potensi sumberdaya untuk memakmurkan kehidupan, harus di ikuti
dengan moral-mental yang senantiasa mensyukuri semua hasil dan nikmat
yang didapatkan. Karena sikap mental (mental model) semacam inilah yang
mampu meningkatkan kemakmuran dan menambah rezeki dari Allah swt.
“Sesungguhnya jika kamu bersyukur, maka pasti akan Kami tambah
(nikmat) kepadamu, namun jika kamu mengingkari (nikmat-Ku) maka
sesungguhnya azab-Ku sangat pedih” (QS.Ibrahim:7)
Sikap mental syukur nikmat ditandai dengan suburnya rasa solidaritas
sosial terhadap kaum fakir-miskin dan dijauhinya perilaku berlebihan
dalam urusan materi, atau perilaku mubazir, karena inilah wujud perilaku
syaitan.
Prinsip dasar berikutnya dari melakukan perubahan secara mendasar itu
adalah adil, yaitu rekonstruksi kehidupan ekonomi, politik, hukum,
sosial dan budaya harus diwarnai prinsip keadilan yang dirasakan oleh
semua penduduk negeri. Prinsip keadilan ini mensyaratkan adanya
pemahaman yang utuh dan mendalam terhadap berbagai permasalahan dalam
kehidupan, diikuti sikap tegas dan jelas dalam mengambil kebijakan yang
berorientasi kepada kemaslahatan umum, serta tersedianya kepastian hukum
yang mengikat dan mengatur secara kuat semua proses kehidupan
masyarakat tanpa terkecuali.
Ketiga, Memelihara potensi kebaikan masyarakat. Salah satu pintu
kehancuran kehidupan sebuah negeri adalah ketika para pemimpin dan
penduduknya tidak mau dan tidak mampu memelihara semua potensi yang
dimiliki dan dibangunnya. Justru sebaliknya, terjadi penghancuran secara
sistematis dan masif, tanpa mereka sadari. Allah mengingatkan manusia
tentang orang-orang yang mengadakan sesuatu yang dipandang baik, tetapi
kemudian mereka merusaknya sendiri lantaran tidak mampu untuk
memeliharanya.
Memeliharan potensi kebaikan masyarakat pada hakikatnya adalah sikap
hidup seluruh penduduk negeri beserta pemimpinnya untuk berpegang teguh
pada nilai-nilai kebenaran, menjauhi segala hal yang bisa merusak dan
selalu menegakkan amar ma’ruf nahi munkar.
“…orang-orang yang jika Kami teguhkan kekuasannya dimuka bumi,
niscaya mereka mendirikan sholat, menunaikan zakat, menyuruh berbuat
yang baik dan mencegah berbuat yang munkar“, (QS.Al-Hajj:41)
Semoga tiga langkah besar ini akan melahirkan iklim “iman dan taqwa”
pada penduduk negeri ini dan para pemimpinnya, sebagai syarat terbukanya
pintu-pintu keberkahan hidup dari Allah swt.
“Jikalau sekiranya penduduk negeri itu beriman dan bertaqwa,
pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka keberkahan dari langit dan
dari bumi, tetapi mereka mendustakan ayat-ayat Kami itu, maka Kami siksa
mereka disebabkan perbuatan mereka.” (QS.Al-A’raf:96)
Wallahu’alam bissawab
http://hukum.kompasiana.com/2013/02/06/3-langkah-besar-perbaikan-revolusioner-531200.html
0 Response to "3 Langkah Besar Menuju Perbaikan Revolusioner"
Posting Komentar