“pendidikan
harus diarahkan pada pengembangan seluruh potensi yg dimiliki seseorang.
Potensi ini tidak terbatas fisik dan intelektual semata namun juga budi
pekerti, moral-spiritual. Selain itu pendidikan juga harus mampu menyiapkan
seseorang agar dapat hidup bermasyarakat dan harus bermakna untuk
masyarakat” (IBNU SHINA)
Sungguh
telah ada pada diri Rasulullah SAW suri tauladan yang baik bagimu. Demikian
pernyataan Allah swt dalam Al-Qur’an surat Al-Ahzab ayat 21. Keteladanan
Rasulullah saw merupakan keteladanan terhadap semua hal, termasuk dalam hal
pendidikan, terutama bagaimana Rasulullah SAW mencontohkan pendidikan untuk
anak. Dalam hadits lain Nabi SAW menyampaikan bahwa Sesungguhnya aku diutus hanyalah
untuk menyempurnakan akhlak manusia. (HR Malik). Akhlaq memiliki korelasi yang
sangat kuat dengan keteladanan.
Keteladanan
sangat erat kaitannya dengan komitmen, kejujuran dan integritas. Keteladanan
berarti melakukan apa yang diucapkan dan mengucapkan apa yang sudah dilakukan. Seorang
guru atau pendidik harus bisa menampilkan suri tauladan yang baik didepan
anak-anak didiknya. Contoh sederhana, seperti menjanjikan sesuatu (hadiah) kepada
anak ketika anak bisa melakukan sesuatu yang diminta oleh guru atau orang tua.
Ketika anak bisa melaksanakan hal tersebut dengan baik, dan guru tidak memenuhi
janjinya untuk memberikan sesuatu (hadiah) tersebut, maka adalah sebuah
kedustaan yang sudah diajarkan kepada anak.
Secara
psikologis manusia butuh akan teladan (peniruan) yang lahir dari ghorizah
(naluri) yang bersemayam dalam jiwa yang disebut juga dengan taqlid.
Yang dimaksud peniruan disini adalah hasrat yang mendorong anak, seseorang
untuk meniru prilaku orang dewasa, atau orang yang mempunyai pengaruh dalam
kehidupannya.
Keteladanan
memang berat. Dalam kepemimpinan sebenarnya yang sangat sulit bukanlah
ilmu-ilmu manajemen, teori-teori kepemimpinan, karena semua itu bisa
dipelajari, bisa dibaca. Namun yang sulit itu adalah menampilkan keteladanan.
Suri teladan yang baik memiliki dampak yang besar pada kepribadian anak. Sebab,
fitrah anak adalah meniru dan mencontoh apa yang dilakukan orang tua, guru dan
lingkungannya. Anak-anak akan selalu memperhatikan dan meneladani sikap dan
perilaku orang dewasa. Apabila mereka melihat orang tua, gurunya berperilaku
jujur, mereka akan tumbuh dalam kejujuran. Demikian juga sebaliknya.
Sudah
selayaknyalah orangtua dan guru memberi keteladanan kepada anak-anaknya. Para
orangtua dan guru sebaiknya memberikan contoh yang baik sesuai dengan nasihat
dan ucapannya kepada para anaknya. Akan sangat lucu jika yang disampaikan
orangtua dan guru kepada anak-anaknya ternyata tidak dilakukan oleh orangtua
dan guru itu sendiri. Dalam Islam, keteladanan dari orangtua sangat menentukan
terlebih di zaman sekarang media tontonan tidak dapat diharapkan menjadi contoh
yang baik bagi pembentukan akhlak anak-anak muslim.
Dalam pendidikan
terutama kepada anak-anak, contoh adalah suatu hal yang penting bagi anak.
Seorang guru atau orang tua yang menyuruh anaknya berwudhu dan sholat misalnya sementara
dia sendiri masih sibuk dengan aktifitasnya akan sulit menanamkan nilai-nilai
kepada peserta didiknya. Dibandingkan dengan guru yang mengajak wudhu dan
sholat karena dia sekalian melakukannya, tentu hal ini akan berdampak kuat dan
lebih bisa diikuti oleh murid-muridnya. Disinilah letak keteladanan.
Termasuk dalam
ucapan-ucapan yang diungkapkan orang tua atau guru setiap hari, janji-janji
yang diucapkan kepada anak, perilaku-perilaku yang ditampilkan disekolah maupun
dirumah, semuanya akan menjadi perhatian besar bagi anak. Orang tua atau guru
yang sering berbohong akan kehilangan keteladanan dan pengaruhnya kepada anak
didiknya, sehingga kata-katanya tidak lagi didengar dan dilaksanakan.
Oleh sebab itu
keteladanan dalam pendidikan menjadi sebuah keniscayaan yang harus diperhatikan
oleh semua pihak yang terlibat dalam dunia pendidikan sebelum hal-hal lain
seperti materi pelajaran dan seterusnya. Tentu hal ini tidak bisa serta merta
bisa diwujudkan begitu saja, harus ada upaya yang sistematis dalam menciptakan
guru-guru yang memiliki keteladanan yang tinggi. Tentu saja dalam hal ini
dimulai dari pendidikan guru itu sendiri, rekrutmennya, sistem pembinaan guru
dan evaluasinya.
Disamping itu sebesar
apapun usaha orangtua dan guru dalam merawat, mendidik, menyekolahkan dan
mengarahkan anaknya, andaikan Allah ta’ala tidak berkenan untuk menjadikannya
anak yang salih, niscaya ia tidak akan pernah menjadi anak salih. Hal ini
menunjukkan betapa besar kekuasaan Allah swt dan betapa kecilnya kekuatan kita.
Ini jelas memotivasi kita untuk lebih membangun ketergantungan dan rasa
tawakkal kita kepada Allah swt. Dengan cara, antara lain, memperbanyak
menghiba, merintih, memohon bantuan dan pertolongan, memperbanyak doa kepada Allah dalam segala sesuatu, terutama dalam hal
mendidik anak.
Mendoakan anak
adalah bagian dari pendidikan dan keteladanan itu sendiri. Karena doa adalah
termasuk ibadah yang utama dan wujud dari bentuk keteladanan yang dilakukan
guru atau orang tua. Doa orang tua sungguh ajaib jika itu ditujukan pada
anak-anak mereka. Jika orang tua ingin anaknya menjadi sholeh dan baik, maka
doakanlah mereka karena doa orang tua adalah doa yang mudah diijabahi oleh
Allah swt. Namun ingat sebenarnya doa yang dimaksudkan di sini mencakup doa
baik dan dan juga sekaligus doa yang buruk dari orang tua pada anaknya. Makanya
harus hati-hati ketika marah kepada anak, dan kemudian orang tua dan guru
kemudian mendoakan anak dengan sesuatu yang buruk.
Diantara
doa terbaik adalah doa sebagaimana yang tercantum dalam Al-Qur’an surat
Al-Furqan ayat 74: “Ya Tuhan kami, Anugerahkanlah kepada
kami pasangan-pasangan kami dan keturunan kami yang menyenangkan hati, dan
jadikan kami imam bagi orang yang bertaqwa”.
Semoga
Allah memperkenankan doa kita sebagai orang tua yang berisi kebaikan kepada
anak-anak kita. Semoga anak-anak kita berada dalam kebaikan dan terus berada
dalam bimbingan Allah di jalan yang lurus. Jika kita sebagai anak, janganlah
sampai durhaka pada orang tua. Banyak-banyaklah berbuat baik pada mereka,
sehingga kita pun akan didoakan oleh bapak dan ibu kita. Wallahu’alam bisshawab
Tulisan ini pernah dimuat di http://www.sekolahdasar.net/2015/05/keteladanan-dalam-pendidikan.html
0 Response to "Pentingnya Keteladanan Dalam Pendidikan"
Posting Komentar